Siswa-siswi Indonesia unjuk prestasi di Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019


Ajang Festival Sains dan Budaya (FSB) 2019 merupakan gabungan dua olimpiade, Indonesia Science Project Olympiad (ISPO) dan Olimpiade Seni dan Bahasa Indonesia (OSEBI).

Tangerang Selatan, 24 Februari, Auditorium Sekolah Kharisma Bangsa dipenuhi ribuan siswa, guru, dan orang tua murid. Mereka berasal dari 25 provinsi.

Hari itu, tidak hanya orang tua dan siswa yang berdebar-debar menanti pengumuman pemenang. Guru-gurunya pun harap-harap cemas. Ada satu keinginan terselip, agar anak didiknya bisa menang dan bisa mengharumkan nama sekolah serta daerah.

Ya, pemenang medali emas akan dikirimkan ke luar negeri untuk mengikuti olimpiade tingkat dunia. Tahun ini ada 14 tim yang akan dikirimkan ke Amerika, Brazil, Rumania, Hongkong, dan Thailand.

Dari sekian peserta peraih medali emas, ada salah satu siswa yang menarik perhatian Presiden ISPO Prof Dr Ir Riri Fitri Sari MSc MM dan Presiden OSEBI Dr Liliana Muliastuti, MPd.

Namanya Alisa Husna Parahita. Siswi kelas IV SD Muhammadiyah Nitikan, Yogyakarta ini menggondol emas untuk kategori menulis puisi.

Tidak hanya perawakannya yang mungil, suaranya juga kecil hingga membuat heran kedua presiden tersebut.
Alisa sejak kelas I memang sudah senang menulis puisi. Bakat seninya mengalir dari ibunya, Nuning Tri Utami. Tidak hanya jadi ibu, Nuning juga yang jadi guru Alisa. Kebetulan Nuning adalah guru Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah Nitikan.

"Saya lihat bakat seni Alisa menonjol sejak kecil. Waktu kelas I sudah bisa bikin puisi dan bagus isinya. Dari situ saya kasih stimulan agar bakatnya terus terasah," cerita Nuning.

Dia mengaku sudah lama mendengar ajang ISPO dan OSEBI. Namun, baru tahun ini Alisa bisa ikut karena untuk menulis puisi harus kelas IV SD. Nuning tidak menyangka putrinya bisa mendapatkan medali emas dalam olimpiade bergengsi tersebut.

"Terharu juga enggak nyangka Alisa bisa juara 1, padahal baru kali ini ikut," ucap Nuning.

Saat ini Nuning hanya bisa memberikan support pada Alisa. Alisa yang kelahiran Sleman, 27 Maret 2008 punya cita-cita menjadi guru seni. Baginya guru seni adalah profesi paling mulia karena bisa menanamkan rasa cinta tanah air lewat budaya.

Sumber
Lebih baru Lebih lama