ABU BAKAR BASHIR DIBEBASKAN

JAKARTA - Abu Bakar Bashir dibebaskan dari Lapas Gunung Sindur sekitar pukul 05:30 pagi setelah shalat subuh, setelah melalui tes kesehatan dengan hasil tes Covid negatif. 

"Prosesnya berjalan lancar, kita mengecek tekanan darahnya, semuanya baik. Kami menjemputnya ke dalam penjara, satu dokter, pengacara, dan putranya," jelas Achmad sumber berita kami. 

"Kami berada di sana sejak pukul 11 malam kemarin, tapi menunggu sampai Ustad Abu Bakar Bashir bangun pada pukul 03:00 pagi. Secara teori ia sudah bebas sejak pukul 00:00 dan setelah pertimbangan, kami ingin menghindari kerumunan," kata Achmad.

Bashir menuju kediamannya di Sukoharjo didampingi keluarga dan tim pengacara, dengan pengawalan oleh Densus 88 dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

Rika Aprianti selaku Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan mengatakan Bashir telah dibebaskan dengan protokol kesehatan, setelah melewati tes anti gen dengan hasil negatif.

Putra Bashir, Abdul Rahim Bashir sebelumnya mengatakan keluarga tidak akan menyiapkan penyambutan untuk kedatangan Bashir di kediamannya, yakni Pondok Pesantren Al Mukmin, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Abu Bakar Bashir dibebaskan setelah selesai menjalani hukuman vonis 15 tahun dikurangi remisi sebanyak 55 bulan. Bashir kini berusia 82 tahun, ia sering disebut sebagai pemimpin spiritual jaringan Jemaah Islamiyah (JI) yang memiliki hubungan dengan Al Qaeda. JI dianggap berperan besar dalam bom Bali di tahun 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang, 83 orang di antaranya adalah warga Australia, dan menjadi dalang serangan di Hotel JW Marriot Jakarta pada tahun 2003 yang menewaskan 12 orang.

Ridwan Habib seorang pengamat keamanan di Indonesia mengatakan pengaruh Bashir sudah melemah, namun anggota militan mungkin akan tetap menggunakan nama Bashir.

"Bashir adalah tokoh senior dalam gerakan jihadis di Indonesia dan tidak mustahil nama besarnya akan digunakan oleh yang lain.

Beberapa keluarga yang anggotanya meninggal karena peristiwa Bom Bali 2002 menyampaikan kekhawatirannya atas pembebasan Bashir.

Salah satunya adalah Sandra Thompson seorang warga Australia yang putranya tewas dalam ledakan bom di kawasan Kuta pada 18 tahun lalu.

"Orang ini (Bashir) membunuh 202 orang dan sejumlah itulah hukuman seumur hidup yang harus dijalaninya," kata Sandra kepada ABC dari rumahnya di New South Wales.

Sandra mengatakan meski peristiwa ledakan bom Bali itu sudah terjadi 18 tahun yang lalu, Bashir masih tetap berbahaya. "Dia akan kembali mengajarkan apa yang diajarkannya sebelumnya. Dia tidak pernah mengatakan menyesal, dia tidak pernah meminta maaf. Dia masih berpikir dia melakukan hal yang benar," demikian katanya. ***



[SALAH] TULISAN NAJWA SHIHAB SOAL COVID-19

Beredar kembali di media sosial postingan beberapa klaim terkait covid-19. Terbaru postingan ini mengatasnamakan presenter Najwa Shihab.

Salah satu yang mempostingnya adalah akun bernama Cherry Umburuhingide Rasuh. Dia mengunggahnya di Facebook pada 3 Januari 2020.

Berikut ini kutipan postingannya:

*PENTING DIBACA DAN DIPAHAMI UNTUK DIKETAHUI.*‼*_NAJWA SIHAB KOMEN_**

KITA BUKAN BODOH TAPI DIBODOHKAN, KITA TIDAK MISKIN TAPI DIMISKINKAN OLEH SEBUAH SISTEM.

**Rapid tes itu cek darah, sedangkan covid-19 tidak masuk ke DARAH

**Rapid tes cuma cek antibodi reaktif / muncul atau non reaktif bukan cek VIRUS.

**Jika antibodi muncul /reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan tidak tahu itu Virus atau Bakteri apa langsung vonis hasilnya POSITIF.**Orang FLU kalo ikut rapid tes hasilnya pasti POSITIF karena antibodinya reaktif muncul.

HASIL CEK FAKTA:

Cek Fakta Liputan6.com menelusuri dengan mengunjungi akun resmi Najwa Shihab di Instagram, @najwashihab yang sudah bercentang biru atau terverifikasi. Di sana terdapat bantahan terkait postingan soal covid-19 tersebut.

"Beredar info di WAG yang mengatasnamakan saya. Itu tidak benar, saya tidak pernah membuat tulisan ini," ujar Najwa dalam Instagram stories yang diunggah 6 Januari 2021.

Terkait isinya, postingan serupa pernah ditulis Cek Fakta Liputan6.com dalam artikel berjudul "Cek Fakta: Viral Postingan Berisi Klaim terkait Covid-19, Simak Fakta Sesungguhnya" yang tayang 29 Desember 2020.

Di sana terdapat penjelasan dari dr RA Adaninggar, SpPD. Dia membantah semua klaim dalam postingan tersebut.

"Tidak benar kalau covid-19 tidak masuk ke darah. Beberapa bukti jurnal sudah dipublikasikan kalau covid-19 masuk ke darah kita," ujar dr Adaninggar, Selasa (29/12/2020).

Terkait rapid test antibodi reaktif dianggap ada virus atau bakteri dan dianggap positif juga merupakan misinformasi.

"Rapid test antibodi memang memeriksa antibodi yang terbentuk di dalam tubuh manusia sebagai wujud respons tubuh terhadap infeksi. Antibodi yang terbentuk bersifat sangat spesifik tergantung infeksi kuman yang menyerang."

"Alat rapid test yang dibuat juga bersifat spesifik artinya hanya bisa mengikat antibodi yang spesifik terhadap SARS CoV2. Hasil reaktif palsu memang bisa terjadi pada infeksi virus yang strukturnya mirip dengan SARS CoV2 jadi antibodinya bisa salah mengenali. Tapi kejadian ini sangat jarang tergantung akurasi alat juga," ujar dr Ning menjelaskan.

"Hasil reaktif antibodi tidak pernah dianggap positif. Ini adalah suatu misinterpretasi di masyarakat akibat kurang pengetahuan yang akhirnya mengakibatkan stigma."

Untuk klaim yang menyebut orang flu kalau dirapid test akan positif, dr Adaninggar menjelaskan hal itu tidak selalu.

Ia menyebut virus yang bisa menyebabkan hasil reaktif palsu pada pemeriksaan antibodi covid adalah infeksi oleh virus corona jenis lain dan virus dengue. Sehingga jika flunya disebabkan coronavirus jenis lain maka terdeteksi.

Sedangkan jika penyebab flu adalah virus influenza atau bakteri maka tidak akan bereaksi silang dengan antibodi covid karena struktur virus dan bakteri sangat berbeda.

Ia juga membantah klaim yang menyebut PCR hanya bisa mendeteksi ada tidaknya virus tapi tidak bisa membedakan virus apa.

"PCR betul bisa mendeteksi materi genetik virus tapi tidak bisa melihat apakah virus masih aktif atau tidak. Namun PCR didesain dengan sangat spesifik. Pemeriksaannya menggunakan reagen cetakan primer gen dari virus/bakteri yang akan diperiksa."

"Jadi bila akan memeriksa virus SARS CoV2 ya yang digunakan adalah cetakan gen SARS CoV, demikian juga kalau mau memeriksa TBC/virus yang lain, digunakan cetakan gen masing-masing. Jadi sangat spesifik. Bila hasil positif, ya 99-100 persen memang didapatkan gen SARS CoV2 sesuai primer gen yang dipakai," ujarnya.

Terkait klaim yang menyebut tidak ada yang meninggal dunia murni karena covid-19 adalah tidak benar. Dalam penelitian otopsi di luar negeri banyak bukti bahwa seseorang meninggal dunia murni karena covid-19, hal ini bisa dilihat pada tanda-tanda khas yang tidak ditemukan pada infeksi lain.

Dalam data statistik di www.covid-19.go.id juga menunjukkan tidak 100 persen pasien meninggal dunia dengan penyakit penyerta. Berikut link untuk melihat statistik lengkapnya...

Terkait media yang menambah data positif setelah melihat rapid tes antibodi reaktif juga tidak benar. Pasalnya yang dikelompokkan sebagai kasus konfirmasi adalah kasus yang dikonfirmasi dari hasil swab PCR bukan dari hasil rapid test antibodi.

Selengkapnya dapat dilihat melalui link

https://kalimasada.turnbackhoax.id/focus/6021

Lebih baru Lebih lama