Sejumlah BEM Kampus Jabodetabek tantang BEM UI selesaikan persoalan pandemi

JAKARTA - Sejumlah mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sejumlah kampus di Jabodetabek menantang para mahasiswa di Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) untuk bergerak melakukan langkah-langkah konkret, agar keluar dari lilitan berbagai persoalan akibat pandemi Covid-19. 

Dalam rilis yang diterima, 10 kampus yang menamakan dirinya sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa Sejabodetabek (BEM Sejabodetabek) menyebut, BEM UI sangat eksklusif dan hanya mampu berolok-olok terhadap Pemerintahan, khususnya Presiden Joko Widodo. 

Budi Rahmansyah sebagai Koordinator BEM Sejabodetabek itu mengatakan, mereka menggelar konferensi pers dan menyebut, banyak sikap BEM UI yang tidak mewakili perasaan mahasiswa Indonesia. 

“Politik mahasiswa adalah politik pengabdian. Bukan olok-olok. Saat ini, yang kami rasakan, dan banyak dari keluarga mahasiswa yang berduka karena keluarga mereka banyak yang sakit, bahkan meninggal dunia karena Covid. Lalu, BEM UI tanpa pernah mengetahui perasaan kita, mengambil kesempatan politis di saat sulit,” ujar Budi Rahmansyah, (30/06/2021) seperti dilansir oleh sinarkeadilan.com.

Budi Rahmansyah merinci, paling tidak, ada 10 BEM dari kampus swasta yang tergabung dalam BEM se-Jabodetabek, yang mengecam cara-cara yang dilakukan BEM UI karena menyebut Presiden Joko Widodo sebagai The King of Lips Service. 

Kesepuluh Kampus Swasta yang menyatakan diri sebagai BEM Sejabodetabek itu adalah BEM Indonesia Banking School, BEM STMIK Jayakarta, BEM STAI Al Aqidah, BEM Universitas Islam Jakarta, BEM STMIK Mercusuar, BEM Universitas Ibnu Chaldun, BEM STIAKIN Sekolah Ilmu Administrasi Kawula Indonesia, BEM Universitas Azzahra, Universitas Bhayangkara, dan BEM STMIK Pranata Indonesia. 

Mereka mengatakan, pergerakan BEM UI sangat eksklusif. Dengan tidak pernah memperhatikan perasaan rakyat miskin yang sebenarnya. 

Budi dan kelompoknya juga menyatakan, kebutuhan rakyat miskin saat ini adalah bisa segera keluar dari situasi krisis karena Covid-19. 

“Tidak ada korelasinya mengolok-olok Presiden dan perubahan keadaan krisis saat ini. Apakah dengan BEM UI mengolok-olok Pak Jokowi lantas Covid langsung hilang dan krisis langsung selesai?” tantang Budi. 

Budi beranggapan, saat ini empati adalah respon yang benar dengan kondisi di saat lonjakan pasien Covid-19 sedang melejit. 

Dia mengatakan, BEM UI tidak mengerti dan tidak bisa bersikap empati, karena diduga sudah disusupi oleh kelompok kepentingan politik tertentu. 

“Arah gerakan mereka sudah tidak seusai dengan doktrin gerakan mahasiswa yang kita kenal dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” lanjutnya. 

Model yang diperlihatkan BEM UI, katanya lagi, diduga lebih ke arah gerakan politik praktis. Mengambil alih kekuasaan dengan mengolok-olok Kepala Negara. “Dengan tujuan mengajak untuk membenci Presiden dengan cara olok-olok,” kata Budi. 

Politik mahasiswa adalah politik Tri Dharma. Membangun Bangsa Negara dengan pengabdian, ketulusan dan kecintaan. Menurut Budi, apa yang dilakukan BEM UI lebih ke arah membangun kebencian. 

“Bagaimana pun mengolok-olok akan selalu melahirkan kebencian. Tidak ada cinta kasih dan pengabdian di balik olok-olok,” ujar Budi.***

Lebih baru Lebih lama