Ketua Umum DPP Lembaga Pemuda Pemerhati Indonesia menilai tudingan komunisme menyusup ke TNI adalah tendensius,

JAKARTA - Dedi Siregar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Lembaga Pemuda Pemerhati Indonesia (LPPI) menilai pernyataan mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo yang menuding komunisme telah menyusup ke tubuh TNI atas hilangnya patung Soeharto dkk di Markas Kostrad adalah bersifat tendensius dan tidak jelas kebenaran ilmiahnya.

"Menurut kami, yang disampaikan mantan Panglima TNI Jend. (Purn) Gatot Nurmantyo bahwa komunisme telah menyusup ke tubuh TNI itu tudingan tendensius, spekulatif dan tidak terbukti kebenaranya. Pernyataan Gatot Nurmantyo tersebut dapat membuat opini miring yang nantinya berdampak di masyarakat. Seharusnya Gatot Nurmantyo sebagai mantan Panglima TNI menunjukkan sikap narasi yang membangun dan 
solid di dalam tubuh TNI dan menunjukkan sikap patriotisme," kata Dedi Siregar.

Menurutnya, isu komunisme seperti barang dagangan yang selalu hadir dan menjadi ritual tahunan. Sehingga hal itu patut dicurigai bermuatan politis kelompok tertentu atau individu.

"Komunis itu sudah mati dan biarlah menjadi pembelajaran sejarah dan kita renungi dalam tiap 30 september dan hal tersebut kita anggap sudah selesai. Alangkah baiknya Pak Gatot bantu negara yang hari ini sibuk gotong royong dalam pemulihan dari Covid-19. Atas dasar itulah kami himbau Pak Gatot stop membangun opini miring yang tendensius terhadap TNI yang hari ini keberadaannya solid. Dan kami mengajak seluruh elemen masyarakat agar tetap selalu waspada terkait pihak-pihak yang memainkan isu komunisme," pungkas Dedi Siregar.

Sebelumnya, Gatot Nurmantyo menyatakan komunis masih ada di Indonesia, terkhusus di institusi TNI, dapat dilihat dari hilangnya sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Jakarta Pusat. Barang-barang yang dihilangkan, sambung Gatot, adalah yang berkaitan dengan peristiwa penumpasan komunisme saat Orde Lama.

Dia menyebut, dari insiden ini lantas membuktikan adanya kemungkinan sudah berkembangnya paham komunis di tubuh TNI. “Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya.

Sementara itu, Pangkostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman membantah pernyataan Gatot Nurmantyo bahwa pihaknya melupakan sejarah dengan menghilangkan patung-patung tokoh nasional Soeharto dkk dari museum.

“Foto-foto peristiwa serta barang-barang milik Panglima Kostrad Mayjen TNI Soeharto saat peristiwa 1965 itu masih tersimpan dengan baik di Museum tersebut,” kata Dudung kepada wartawan, Selasa (28/09/2021).

Menurut Dudung, apa yang diucapkan Gatot tak lebih dari sebuah tuduhan. “Tidak benar tudingan bahwa karena patung diorama itu sudah tidak ada, diindikasikan bahwa AD telah disusupi oleh PKI. Itu tudingan yang keji terhadap kami,” ujarnya.

Dudung menjelaskan bahwa hanya patung diorama Soeharto, Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) Kolonel Sarwo Edhie Wibowo dan Menteri/Panglima TNI Angkatan Darat Jenderal AH Nasution yang diangkut dari ruangan tersebut.

Hal itu, dilakukan atas permintaan Pangkostrad ke-34, Letjen TNI (Purn) Azym Yusri Nasution sekaligus pembuat patung tersebut. Dudung mengatakan bahwa Azym merasa berdosa karena telah membuat patung tersebut.

“Saya hargai alasan pribadi Letjen TNI (Purn) AY Nasution, yang merasa berdosa membuat patung-patung tersebut menurut keyakinan agamanya. Jadi, saya tidak bisa menolak permintaan yang bersangkutan,” ucapnya.***
Lebih baru Lebih lama