SASTRAWAN PINGGIRAN BANYUMAS BERKARYA "DI DESA BERPUISI"

Di tengah sepinya kegiatan sastra tingkat nasional akibat pandemi, berbagai kegiatan sastra dan literasi di daerah hingga komunitas menjadi sarana efektif untuk mendorong pengembangan sastra. Hal tersebut disampaikan tiga penyair nasional yaitu Bambang Widiatmoko, Tri Astoto Kodarie dan Badarudin Amir pada acara sastra bertajuk 'Di Desa Berpuisi' yang diinisiasi oleh Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI) di rumah Presiden Geguritan, Wanto Tirta Desa Kracak, Kecamatan Ajibarang, Sabtu (7/11) malam. 

BANYUMAS - Pada acara tersebut diluncurkan tiga buku puisi yaitu Mubeng Beteng karya Bambang Widiatmoko, Tarian Pembawa Angin karya Tri Astoto Kodarie dan Di Desa Berpuisi antologi tiga penyair dan KOPI. Selain diluncurkan buku dan pembacaan puisi bersama, mereka juga berbagi pengalaman saat mengikuti Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (Munsi) III di Jakarta pekan lalu. 

Bambang Widiatmoko mengapresiasi sejumlah kegiatan sastra yang dilaksanakan di tingkat nasional, daerah dan komunitas sastra di desa. Pasalnya di tengah pandemi saat ini tidak seluruh agenda sastra dapat terselenggara.

Momen-momen literasi dan sastra di tingkat komunitas dengan tatap muka langsung di masa pandemi terbilang menjadi suatu kemewahan tersendiri," katanya.

Menurutnya banyak acara tidak terselenggara karena dinilai tak aman secara kesehatan, seperti contohnya Borobudur Festival dan Festival Bintan di Kepulauan Riau yang terpaksa dilaksanakan daring,

"Peringatan Hari Puisi Indonesia yang harusnya diadakan 26 Juli juga tidak terlaksana karena masih diberlakukan PSBB," jelasnya. 

Ia berpendapat kegiatan sastra idealnya bisa dilaksanakan tidak hanya bersifat nasional, tetapi dapat juga dilaksanakan di tingkat kabupaten hingga komunitas-komunitas sastra. Gerakan sastra yang dilaksanakan di tingkat daerah hingga level komunitas dinilai efektif menampung, mengembangkan dan dapat mendongkrak kuantitas dan kualitas karya sastra dari para peminat sastra. 

"Dengan kegiatan "Di Desa Berpuisi" ini maka sastra akan semakin membumi. Mereka semakin terayomi, terlindungi dan terarah lebih baik. Riilnya ketika kumpul seperti ini, kita menjadi tahu bahwa karya mereka sudah cukup banyak, dan kualitasnya perlu ditingkatkan. Kita juga perlu festival sastra, antologi bersama dan sebagainya," jelas penyair asal Jakarta yang telah malang melintang sebagai inisiator, penggagas dan penggerak berbagai even sastra dan literasi berskala nasional dan daerah ini. 

Sementara itu penyair asal Sulawesi Selatan Badarudin Amir mengatakan geliat sastra daerah dan komunitas saat ini terbilang cukup bagus. Ia mencontohkan di wilayahnya telah beberapa kali even sastra mengangkat dan berbasis dari kekayaaan tradisi lokal. Hal ini pun cukup efektif mendorong dan menampung minat sastra warga daerah dan komunitas sastra yang tak mungkin seluruhnya tertampung dalam even sastra tingkat nasional yang terbatas. 

"Di tempat kami ada Festival La Galigo dan juga berbagai kegiatan sastra lainnya. Jadi kegiatan ini menjadi sarana kami untuk bisa mendorong regenerasi minat sastra Indonesia sekaligus menjaga kekayaan tradisi lokal yang ada. Karena tidak bisa dipungkiri banyak bahasa ibu yang juga punah karena semakin minimnya penutur dan karya yang mendokumentasikan hal itu," jelasnya. 

Dalam kegiatan "Di Desa Berpuisi" ini dibacakan puisi dan berbagi pengalaman sejumlah penggerak sastra komunitas di Banyumas antara lain oleh Edi Pranata PNP, Wanto Tirta, Nanang Anna Noor, Jarot Setyoko, Dewandaru Ibrahim, Hamidin Krazan, Riswo Mulyadi, Trisnatun Abuyafi, Afaf Mutia Zahwa, Imam Burhanudin, Khusnul Khuluqi dan sebagainya.

Dari kegiatan ini juga muncul ide dan komitmen bersama bahwa gerakan literasi dari pinggiran akan terus dijalankan meskipun dilaksanakan swadaya oleh masyarakat dan komunitas.***



[DISINFORMASI] GURU DAN DOSEN JADI KELINCI PERCOBAAN VAKSIN COVID-19

Beredar postingan di media sosial Facebook, tangkapan layar dari sebuah portal media online dengan judul "Perpres Disiapkan, Guru dan Dosen Bakal Masuk Kelompok Pertama yang Disuntik Vaksin". Kemudian postingan tersebut diikuti dengan narasi, "Nah kan jadi adil sama sama dapat bantuan Pertanyaannya… Ini bantuan atau kelinci percobaan???". 

Berdasarkan hasil penelusuran, klaim Guru dan dosen jadi kelompok pertama penerima vaksin Covid-19 sebagai kelinci percobaan adalah tidak benar. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmioto mengungkapkan vaksin akan dievaluasi dulu oleh BPOM sebelum disuntikkan pada masyarakat. Selain itu, bukan hanya guru dan dosen yang menjadi prioritas pertama pemberian vaksin. Hal ini pernah dijelaskan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Senin (12/10/2020) dalam artikel Liputan6.com berjudul "Ini Daftar Kelompok Prioritas Penerima Vaksin Covid-19 di Indonesia" yang tayang 12 Oktober 2020.

Sumber:

https://www.kominfo.go.id/content/detail/30252/disinformasi-guru-dan-dosen-jadi-kelinci-percobaan-vaksin-covid-19/0/laporan_isu_hoaks

Link Counter:

https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/4384110/cek-fakta-tidak-benar-guru-dan-dosen-jadi-kelinci-percobaan-vaksin-covid-19

https://www.liputan6.com/news/read/4380143/ini-daftar-kelompok-prioritas-penerima-vaksin-covid-19-di-indonesia

Lebih baru Lebih lama