JAKARTA - Presiden Joko Widodo menunjuk Kabareskrim Komjen Pol. Listyo Sigit Prabowo sebagai calon Kapolri baru pengganti Jendral Pol. Idham Aziz yang akan pensiun 25 Januari 2021.
Dilansir dari jakartanews.id, nama Listyo Sigit diajukan Presiden Jokowi ke Komisi III DPR RI Senin 11 Januari 2021 untuk diproses mengikuti Fit And Propper Test Uji Kelayakan.
Proses yang bakal dijalani Sigit adalah menerima kunjungan anggota Komisi III ke rumah kediaman dan melakukan wawancara dengan keluarga. Setelah itu kemungkinan hari Rabu, Sigit akan melakukan proses uji Kepatutan dan Kelayakan (Fit and Propper Test) di DPR RI. Ia akan diminta mengajukan program-program dalam sidang Paripurna DPR RI kemudian dilantik Presiden sebagai Kapolri.
Penunjukan Sigit sebagai Kapolri sudah diprediksi sebelumnya, karena chemistry Listyo dan Presiden Jokowi.
Prestasi Sigit ditunjukkan setelah baru menjadi Kabereskrim akhir tahun 2019 langsung membuat publik tercengang ketika kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK NB terungkap.
Kemudian Sigit berprestasi menangkap buronan kelas kakap Joko S Chandra di Malaysia. Sigit sendiri yang memimpin tim penangkapan itu bekerja sama dengan Polisi Diraja Malaysia. Proses hukum terhadap dua oknum Jendral Polisi yang terlibat persekongkolan dengan Joko S Chandra pun dilakukan secara profesional dan transparan oleh penyidik Bareskrim Polri.
***
KHUSNUL KHATIMAH ATAU HUSNUL KHATIMAH?
Kalau bicara transliterasi tidak ada habisnya, terutama dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Masing-masing penulis punya standar sendiri tulisan yang tepat untuk mewakili vokal yang pas.
MOJOKERTO - Masyarakat awam sempat beberapa waktu lalu dibuat gusar karena ada yang selalu menyebut penulisan kata 'khusnul khatimah' adalah salah dan yang benar adalah 'husnul khatimah'.
Menanggapi hal ini, salah satu Pengasuh Pesantren Darul Hikam, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur Ustadz Faishal Zulkarnaen menjawab permasalahan ini. Karena begitu banyak pertanyaan dari masyarakat awam tentang masalah ini.
"Saya menemukan banyak orang yang mempermasalahkan dan menyalahkan tulisan Khusnul Khatimah. Menurut mereka penulisan ini salah dan yang benar adalah Husnul Khatimah. Alasannya, Khusnul Khatimah bermakna akhir yang hina sedangkan Husnul Khatimah bermakna akhir yang baik," jelasnya kepada NU Online, Ahad (16/9).
Dikatakan, kalimat ini biasanya digunakan umat Islam untuk mendoakan seseorang agar mendapatkan akhir yang baik di akhir hidupnya. Dalam bahasa Arab ditulis dengan حسن الخاتمة. Memang benar dalam bahasa Arab kalimat خسن dengan huruf خ bermakna hina atau tidak baik tapi kalimat ini sendiri jarang atau hampir tidak pernah dipakai, apalagi disandingkan dengan kata الخاتمة. Yang sering dipakai untuk akhir yang tidak baik adalah سوء الخاتمة atau Su'ul Khatimah.
"Pada dasarnya sikap menyalahkan ini tidaklah diperlukan karena hanya masalah transliterasi dari tulisan arab ke tulisan latin. Lebih baik berprasangka baik saja bahwa yang mendoakan ini sedang bermaksud agar yang didoakan mendapat akhir yang baik bukan sebaliknya," tandas alumni Pesantren Sunan Ampel Jombang ini.
Ustadz Faishal menjelaskan, kalau kita bicara transliterasi tidak ada habisnya, terutama dari Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Masing-masing penulis punya standar sendiri tulisan yang tepat untuk mewakili vokal yang pas.
Kalimat Husnul bisa saja dianggap tidak sesuai karena huruf H bisa berarti ه dalam bahasa Arab. "Bisa saja saya menulis Husnul Chatimah atau Chusnul Chatimah atau Khusnul Chatimah. Apa masih dipermasalahkan juga?," tegas Faishal.
Ia mengambil contoh transliterasi orang Somalia yang menulis ح dengan huruf X serta perpaduan ejaan Bahasa Inggris. Sehingga bisa ditebak mereka orang Somalia akan menuliskannya begini "Xoonool Khaatimah. "Bahkan huruf ع dalam transliterasi Somalia adalah C, jadi kalau menulis آل عمران jadi Aali Cimraan, apa nggak tambah kejang-kejang?," ujar Faishal. Dalam penelusurannya, Faishal tidak tahu siapa yang awalnya memulai buat masalah seperti ini hingga ditiru oleh banyak sekali orang yang mungkin maksudnya baik tapi hanya membebek tanpa ilmu dan kurang mau menelaah.
"Akhirnya jadi keributan, meskipun maksudnya baik yaitu mengoreksi dalam mendoakan orang lain dengan cara yang tidak tepat," tegasnya. Masalah akan berkembang lagi bila memasuki hal lain dengan begitu banyaknya orang Indonesia yang memiliki nama dalam tulisan Khusnul Khotimah. Padahal tujuan pemberian nama tersebut untuk mendoakan sang anak. Jadi yang namanya Khusnul Khatimah, jangan sedih apalagi mau ganti akte kelahiran segala hanya karena nyinyiran orang-orang ngawur ini. Insyaallah nama anda sudah benar dan nama yang baik juga doa pemberian orang tua. Kalau masih saja ada yang ngeyel kasih saja pendapat saya ini," tandasnya.