Wakil Ketua Umum MUI Anwar Abbas kritik pernyataan Abdullah


JAKARTA - Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mengkritik pernyataan Abdullah Hehamahua yang mengatakan pertemuan TP3 dengan Jokowi di Istana beberapa waktu lalu ibarat Musa mendatangi Firaun. Ia menilai Abdullah tak tepat menggunakan istilah seperti demikian karena Presiden Joko Widodo merupakan orang Islam yang percaya kepada Allah SWT.


"Bahkan sangat-sangat tidak tepat. Musa itu nabi dan yang ketemu dengan Jokowi itu bukan nabi. Jokowi itu orang Islam percaya kepada Allah swt . Beliau salat dan bayar zakat serta percaya kepada hari akhir. Firaun tidak," kata Anwar seperti dilansir oleh CNN Indonesia.


Lebih lanjut, Anwar melihat pertemuan tersebut hanyalah beberapa anggota masyarakat yang bertemu dengan presiden RI. Bukan sebaliknya antara seorang nabi bertemu dengan Firaun.


"Atau antara beberapa orang Islam yang datang bertamu kepada orang lain yang ditemui yang juga beragama Islam," kata Anwar.


Sebelumnya, Abdullah pada awalnya bercerita bahwa TP3 mendapatkan kabar bahwa Presiden Jokowi bersedia menemuinya di Istana. Kemudian, pelbagai persiapan dilakukan para anggota TP3 untuk bisa masuk bertemu Jokowi di Istana.


"Besoknya tanggal 9 jam 10. Disebutkan 10 orang kemudian harus antigen dan antigen itu harus di rumah sakit yang ditetapkan yaitu di rumah sakit bunda di daerah Menteng," kata Abdullah.


Pertemuan antara anggota TP3 dan Jokowi akhirnya berlangsung. Abdullah menyebut dirinya dan anggota TP3 lain bersepakat pertemuan itu seperti Musa mendatangi Firaun. Meski demikian, dia tak bermaksud menganggap Jokowi sebagai Firaun. Hanya saja, dia sama-sama penguasa seperti Firaun.


"Singkatnya besok kami datang, kami sepakat datang seperti Musa datang ke Firaun," kata Abdullah.


"Tidak berarti Jokowi itu Firaun, tapi kita menempatkan posisi dia penguasa seperti ketika Firaun jadi penguasa, dan kami seperti Musa yang perjuangkan kepentingan rakyat, bangsa, kemudian menegakkan keadilan," tambah Ketua Majelis Syuro Partai Masyumi tersebut.


Sementara itu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas juga mengkritik keras pernyataan Ketua Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) laskar FPI, Abdullah Hehamahua yang mengibaratkan pertemuan timnya dengan Presiden Joko Widodo di Istana seperti Nabi Musa mendatangi Firaun. Ia menegaskan tak seharusnya Abdullah mengibaratkan pemerintah sebagai Firaun karena sudah dipilih berdasarkan pemilihan umum yang sah.


"Dengan demikian, pemerintahan yang dibentuk melalui mekanisme pemilihan yang sah juga sah dan bukan thoghut. Karena itu tidak boleh mengasosikannya sebagai Firaun," kata Robikin dalam keterangan resmi yang dipublikasikan CNN Indonesia Kamis (15/4).


Robikin menjelaskan latar belakang sejarah bahwa NKRI dirikan oleh para pendiri bangsa berdasarkan kesepakatan. Seluruh komponen bangsa, kata dia, baik lintas etnis, suku dan budaya sudah menyepakati hal tersebut.


"Hal itu pula yang membuat Indonesia disebut sebagai negara kesepakatan atau darul 'ahdi," kata dia.


Melihat hal itu, Robikin menegaskan bahwa Indonesia sebagai negara bangsa bukan berstatus sebagai negara kafir atau darul kuffar. Ia menegaskan status NKRI merupakan negara yang sah sesuai pandangan Islam.


"Kesepakatan merupakan janji. Dan janji dalam pandangan Islam adalah hutang yang musti dibayar," tambahnya. ***

Lebih baru Lebih lama