Ormas dan tokoh agama Semarang sepakat berjiwa Pancasila dan menjaga NKRI

SEMARANG- Forum Komunikasi Ormas Semarang Bersatu (FKSB) mengadakan kegiatan diskusi untuk meningkatkan jiwa nasionalisme (30/9). Sekitar 30 Ormas, LSM dan Media hadir, antara lain dari IPNU, IPPNU, Geram, AWPI, PPI, LBH, PMII, IPI, FKPAI, Hipakad, PPM, PDPM, Ansor, Muslimat, PPM Semai, PDA, Banser, RI-AK, FKPPI, LCKI, IMM, Persadani, NU, Lindu Aji, Bankom Kota Semarang dan Aira. 

Kegiatan diselenggarakan di Hotel Raja, Semarang Selatan dengan tema “Menangkal Masuknya Ideologi Lain Guna Mencegah Paham Radikalisme Dan Intoleransi Di Kalangan Milenial Dalam Rangka Memperkuat Nilai-nilai Ideologi Pancasila.

A.M Jumai Ketua FKSB menerangkan “Nila-nilai luhur dari agama dan budaya yang terintegrasi dalam ideologi negara telah menjadikan Pancasila sebagai ideologi yang relatif kokoh. Kokohnya ideologi Pancasila telah terbukti dengan daya tahannya yang tinggi terhadap segala gangguan dan ancaman dari waktu ke waktu, sehingga sampai saat ini tetap eksis sebagai falsafah dan landasan serta sumber dari segala sumber hukum bagi negara-bangsa Indonesia.” 

“Gangguan dan ancaman terhadap ideologi Pancasila semakin kuat, terlebih pada era gelobalisasi di mana percaturan dan benturan antar berbagai pemikiran dan ideologi dunia begitu keras. Hal ini ditandai melemahnya penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila.” ungkap A.M.Jumai 

“Ada upaya membenturkan seolah-olah ada pertentangan yang hebat antara Pancasila dan agama (terutama Islam). Dalam benturan ini muncul dua kutub ekstrem, yang sama-sama tidak menguntungkan bagi ideologi Pancasila, yaitu kutub anti Pancasila dan kutub anti Islam. Di satu sisi Pancasila dianggap aturan thoghut, namun di sisi lain Islam dianggap mengancam Pancasila, tentu kedua-duanya tidak benar baik dalam konteks Islam maupun Pancasila itu sendiri.” tambah A.M.Juma’i 

“Kami menghadirkan 3 narasumber dari Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan Ex Napi Teroris. Kami tidak ingin terjebak pada politik praktis dan menggadaikan ideologi yang sudah ada ini diganti dengan ideologi lainnya.” pungkas Juma’i.***
Lebih baru Lebih lama