𝐎𝐥𝐞𝐡 ;
𝐅𝐫𝐚𝐧𝐬𝐢𝐬𝐤𝐮𝐬 𝐄𝐟𝐥𝐚𝐧
𝐏𝐮𝐫𝐰𝐨𝐤𝐞𝐞𝐭𝐨, 𝐦𝐞𝐝𝐢𝐚𝐫𝐞𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐧𝐞𝐰𝐬 𝐜𝐨𝐦 - Dalam mengantisipasi peringatan 80 tahun Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 2025, sebagai mahasiswa dan anggota generasi muda, saya merasa terdorong untuk merenungkan sekali lagi pentingnya kemerdekaan yang diwariskan oleh para pendiri bangsa kita kepada kita. Meskipun bangsa ini telah merdeka selama delapan dekade, pertanyaan mendasar apakah kita benar benar merdeka masih belum terjawab. Kemerdekaan berarti tidak hanya bebas dari invasi asing tetapi juga memiliki hak untuk berpikir, berbicara, menciptakan, dan bebas dari ketidaksetaraan sosial, kemiskinan struktural, dan ketidakadilan hukum.
Dalam konteks ini, saya melihat bahwa pertempuran belum berakhir; ia hanya mengubah wajah dan medan perangnya. Saya melihat secara langsung bagaimana pendidikan menjadi salah satu pintu menuju kebebasan sejati selama saya menjadi mahasiswa. Meski demikian, terbukti bahwa akses pendidikan berkualitas tinggi masih belum seragam. Banyak saudara-saudari kita di daerah pedesaan belum menerima hak atas pendidikan dengan fasilitas yang memadai. Pada saat yang sama, laju urbanisasi dan digitalisasi yang cepat menciptakan kesenjangan baru yang tidak terlihat antara mereka yang terhubung dan mereka yang dikecualikan. Saya juga didorong oleh refleksi kemandirian untuk mempertimbangkan bagaimana generasi muda dapat berkontribusi dalam pelestarian dan pemenuhan kemerdekaan. Era informasi, teknologi, dan kecerdasan buatan adalah tempat kita tinggal.
Oleh karena itu, tujuan kami bukan lagi untuk mengangkat senjata, melainkan untuk meningkatkan kesadaran publik akan fakta bahwa bangsa hanya akan kuat jika pemudanya terlibat dalam pemikiran kritis, menampilkan nasionalisme, dan bertindak dengan cara yang membawa perubahan. Kemandirian sejati adalah kemampuan untuk berpikir sendiri tanpa menjadi bingung atau menyimpang dari cita-cita tinggi bangsa. Saya pikir nasionalisme modern adalah tentang memiliki keberanian untuk bersikap adil, jujur, dan welas asih daripada hanya mengibarkan bendera atau mengenakan batik pada hari-hari tertentu. Kemerdekaan adalah tanggung jawab bersama untuk membangun Indonesia yang inklusif, toleran, dan adil secara sosial.
Saat kita mendekati 17 Agustus 2025, saya mendorong kita semua, terutama rekan-rekan siswa dan anggota generasi muda, untuk berhenti sejenak dari kehidupan kita yang sibuk dan bertanya pada diri sendiri apakah kita adalah bagian dari jawabannya. Sudahkah kita memanfaatkan bangsa ini sebaik-baiknya? Jangan biarkan kebebasan berubah menjadi ritual tahunan yang tidak berarti.
Mari kita isi kebebasan dengan ide, perbuatan, dan pencapaian nyata. Melalui tulisan, pemikiran, dan perbuatan kita di masyarakat, marilah kita teruskan perjuangan para pendiri negara kita dengan cara kita sendiri. Kemandirian bukanlah tujuan akhir. Jalan menuju kebebasan adalah jalan panjang yang harus kita lindungi, pelihara, dan perjuangkan bersama.