SEJARAH TARI BEDHAYA ANGLIR MENDUNG

SURAKARTA - Sejak terbaginya Kerajaan Mataram Islam menjadi dua wilayah kerajaan, yaitu wilayah Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat dan wilayah Kasunanan Surakarta Hadiningrat, terjadi perkembangan tari Jawa yang pesat.



Kerajaan Surakarta sendiri terbagi menjadi dua wilayah otonomi yaitu Kasunanan Surakarta dan Kadipaten Mangkunegaran, atas perjuangan Raden Mas Said selama kurang lebih 16 tahun. Tepatnya pada tanggal 17 Maret 1757, setelah ditandatangani perjanjian Salatiga antara Pangeran Sambernyawa (Raden Mas Said), S.I.S.K.Susuhunan Pakubuwono III dan Sri Sultan Hamengkubuwono I yang dijadikan saksi oleh Gubernur Jenderal Belanda.

Pembagian wilayah secara geografis membuat masing-masing kerajaan ingin menunjukkan jati diri mereka melalui berbagai macam bentuk budaya di antaranya karya seni tari.

Dari sejarah perjalanan lahirnya Kadipaten Mangkunegaran, dapat ditarik benang merah bahwa pada saat itu pula sejarah dan perkembangan seni tari di Pura Mangkunegaran dimulai, yaitu sejak berdirinya Pura Mangkunegaran pada masa kepemimpinan K.G.P.A.A.Mangkunagoro I (Raden Mas Said) pada 1757-1796.

Momen penting yang dijadikan awal kehidupan tari di Mangkunegaran adalah diciptakannya beksan tari Bedhaya Anglir Mendung, tarian sakral Mangkunegaran yang menggambarkan monumental penaklukan Panaraga oleh Pangeran Mangkunegara / RM Sahid (KGPAA Mangkunegara I), penguasa pertama Praja Mangkunegaran.

Satu peristiwa penting sehubungan dengan kehidupan seni tari dalam masa pemerintahan K.G.P.A.A.Mangkunagoro VIII antara lain adalah  keberhasilan dalam upaya merekonstruksi tari Bedhaya Anglir Mendung pada tahun 1981. Pelacak dan pelaku rekonstruksi tari Bedhaya Anglir Mendung adalah K.R.Ay. Partini Partaningrat.

Tari tersebut pada akhirnya berhasil dipertunjukkan kembali di Pura Mangkunegaran setelah 145 tahun menghilang (hampir satu setengah abad yang lalu). Pentas pertama kali tari Bedhaya Anglir Mendung yang telah direkontruksi tersebut diadakan di Pura Mangkunegaran dengan ditarikan oleh 3 penari putri.

Para penari Bedhaya Anglir Mendung menggunakan peralatan pistol yang dibawakan penari pembatak, pistol tersebut diselipkan di pinggang penari bagian depan dan gandewa serta anak panah. ***



Baca juga

SAATNYA MAHASISWA BERGERAK DENGAN KAMPUS MENGAJAR



Lebih baru Lebih lama