Masjid Trayu Kulon Progo sudah berusia 3 abad, dijaga 7 abdi dalem


KULONPROGO - Masjid Trayu di Dusun Kauman, Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dipercaya telah berdiri sejak 300 tahun lalu atau pada pertengahan tahun 1700-an. Masjid milik Puro Pakualaman itu setiap hari dijaga dan dirawat bergantian oleh 7 abdi dalem.


Takmir Masjid Trayu, Muhammad Hajan (67) menerangkan penamaan Masjid Trayu diambil dari nama lokasi masjid, yakni Kalurahan Trayu, sebelum akhirnya berganti menjadi Kelurahan Tirtorahayu. Trayu juga merupakan nama dari salah satu selir Paku Alam I.


"Konon kabarnya itu di situ pertama kali ada istri Paku Alam pertama atau selir. Dia pernah berdiam di situ, namanya Raden Roro Ratu Ayu, masyarakat sini manggilnya turayu, lalu lama-kelamaan jadi trayu, sampai sekarang," ungkap Hajan, seperti dikutip detikcom.


Masjid ini memiliki arsitektur Jawa, atap tajuk dan mustakanya berbentuk sulur dan daun-daunan, bukan kubah. Mustaka seperti itu biasa ditemui di masjid-masjid tua di Yogyakarta, seperti masjid-masjid Pathok Negoro milik Kasultanan Yogyakarta.


Bangunan bercat putih kekuningan itu memiliki ruang utama yang di dalamnya terhadap mihrab yakni ruangan khusus bagi Imam Masjid saat memimpin sembahyang berjemaah. Selain itu terdapat mimbar dari kayu yang digunakan khatib memberikan tausiyah di saat khotbah Jumat, kuliah subuh, kultum dan khotbah-khotbah lain.


Di dalam ruangan utama terdapat 16 saka yang menopang langit-langit, terdiri dari empat saka guru dan 12 saka ruwa atau luar yang berbentuk bulat atau glondhongan. Di sisi luar terdapat serambi yang cukup luas, di sini adalah tempat di mana bedug dan kentongan diletakkan. Masjid ini bisa menampung jemaah hingga 200 orang lebih.


Di halaman masjid, terdapat makam menantu Paku Alam I, Raden Suryengjurit, dan ratu permaisuri Paku Alam II dan ibu dari Paku Alam V, R.A. Resminingdyah.


Hajan mengungkapkan masjid Trayu telah beberapa kali diperbaiki. Terakhir dipugar pada 2020 bersama dengan Masjid Girigondo yang juga dimiliki oleh Pakualaman. Perbaikan minor biasanya dilakukan oleh pengurus masjid, sedangkan perbaikan besar langsung dari Puro Pakualaman atau Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY mengingat masjid ini termasuk bangunan bersejarah.


Masjid Trayu sendiri dijaga oleh tujuh orang abdi dalem Puro Pakualaman. Mereka juga masuk dalam struktur keanggotaan takmir. Setiap hari, abdi dalem secara bergantian membersihkan lingkungan dan memastikan tidak ada kerusakan di masjid tersebut.


"Tugas kami bersih-bersih masjid, halaman, dan makam di kompleks masjid ini, nanti kalau ada kerusakan baru laporan ke Puro Pakualaman," imbuh salah satu abdi dalem, Saiful.


Pengelola Masjid Trayu memastikan tidak ada kegiatan buka bersama di masjid ini selama bulan Ramadhan 2021. Langkah itu ditempuh untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19 di lingkungan masjid.


Salat lima waktu berjemaah termasuk salat Jumat dan tarawih, tetap digelar tetapi pelaksanaannya wajib menjaga jarak dan tidak berkerumun. ***

Lebih baru Lebih lama