BANDUNG - "Suatu gunung yang terletak di tengah laut seperti Anak Gunung Krakatau atau yang berada di pinggir pantai, sewaktu-waktu sangat berpotensi menghasilkan volcanogenic tsunami," kata Volkanolog ITB (Institut Teknologi Bandung) Mirzam Abdurrachman.
Volcanogenis tsunami, menurut Mirzam, bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api. Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.
Pertama kolapsnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut. Mudahnya seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.
Kedua, Mirzam melanjutkan, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba. "Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikkannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut".
Mirzam mengatakan, mekanisme satu dan dua pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya, yang didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan.
Ketiga, kata Mirzam, longsor dan material gunung api yang longsor bisa menyebabkan memicu perubahan volume air di sekitarnya. Menurut dia, tsunami tipe ini pernah terjadi di Mt Unzen Jepang 1972, yang mengakibatkan korban saat itu hingga mencapai 15 ribu orang. Pada saat itu bersamaan dengan terjadinya gelombang pasang.
Keempat, kata Mirzam, adalah aliran piroklastik atau orang terkadang menyebutnya wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi. Ini bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai.
Selengkapnya di bawah ini
https://tekno.tempo.co/read/1158243/vulkanolog-itb-soal-anak-gunung-krakatau-dan-tsunami-selat-sunda
Volcanogenis tsunami, menurut Mirzam, bisa terbentuk karena perubahan volume laut secara tiba-tiba akibat letusan gunung api. Terdapat empat mekanisme yang menyebabkan terjadinya volcanogenic tsunami.
Pertama kolapsnya kolom air akibat letusan gunung api yang berada di laut. Mudahnya seperti meletuskan balon pelampung di dalam kolam yang menyebabkan riak air di sekitarnya.
Kedua, Mirzam melanjutkan, pembentukan kaldera akibat letusan besar gunung api di laut menyebabkan perubahan kesetimbangan volume air secara tiba-tiba. "Menekan gayung mandi ke bak mandi kemudian membalikkannya adalah analogi pembentukan kaldera gunung api di laut".
Mirzam mengatakan, mekanisme satu dan dua pernah terjadi pada letusan Krakatau, tepatnya 26-27 Agustus 1883. Tsunami tipe ini seperti tsunami pada umumnya, yang didahului oleh turunnya muka laut sebelum gelombang tsunami yang tinggi masuk ke daratan.
Ketiga, kata Mirzam, longsor dan material gunung api yang longsor bisa menyebabkan memicu perubahan volume air di sekitarnya. Menurut dia, tsunami tipe ini pernah terjadi di Mt Unzen Jepang 1972, yang mengakibatkan korban saat itu hingga mencapai 15 ribu orang. Pada saat itu bersamaan dengan terjadinya gelombang pasang.
Keempat, kata Mirzam, adalah aliran piroklastik atau orang terkadang menyebutnya wedus gembel yang turun menuruni lereng dengan kecepatan tinggi saat letusan terjadi. Ini bisa mendorong muka air jika gunung tersebut berada di atau dekat pantai.
Selengkapnya di bawah ini
https://tekno.tempo.co/read/1158243/vulkanolog-itb-soal-anak-gunung-krakatau-dan-tsunami-selat-sunda