Purwokerto, Mediarealitanews.com - Pada saat ini, musim hujan mulai reda. Tinggal sisa-sisa air yang kadang masih menetes, terkuras di awan di atas Indonesia. Kita memasuki musim kemarau. Pada beberapa daerah, itu berarti harus bersiap untuk kekeringan dan sulit menemukan air.
Di tahun lalu, beberapa desa di Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, air benar-benar sulit didapatkan. Kekeringan di Ajibarang memiliki sejarah yang bisa dirunut ke belakang sampai kepada legenda berdirinya Ajibarang itu sendiri, di jaman Adipati Arya Munding Wilis dari Galuh Pakuan. Keadaan yang berulang, bagai pola dalam lukisan motif batik kawung. Bisa jadi legenda tersebut tidak sepenuhnya historis. Tetapi biasanya ada sebab aktual yang membuat cerita sebuah legenda, walaupun bersifat anakronis.
Pengetahuan kita mengenai sebab musabab kekeringan, formasi tanah dan batuan, serta bagaimana mengatasinya sudah cukup mapan. Sains dan teknologi di jaman ini mengetahui dan mampu memecahkan masalah tersebut. Namun seperti nasehat Bruce Lee di atas, mengetahui saja tidak akan bisa memecahkan masalah, kita harus menerapkannya.
Sejak awal tahun 2024 Indische Arty mencanangkan Program Menanam 1000 Bambu di Banyumas tahun ini. Penanaman 1000 bambu mulai dilakukan pada Hari Kamis (23/5/2024) hingga Minggu (26/5/2024)
Indische Arty merupakan startup yang bergerak di industri kerajinan, seni, budaya dan sustainabilitas lingkungan. 1000 bambu memang tidak banyak, tapi sebuah jump start untuk menggalang kesadaran untuk menjaga lingkungan pada umumnya, dan melestarikan bambu pada khususnya. Pada tahun berikutnya Indische Arty bermaksud menanam lebih banyak lagi bambu dengan target 1 juta bambu pada tahun 2030. Untuk itu, agar target tersebut tercapai, Indische Arty berkolaborasi dengan komunitas lokal seperti Asa Banyumas dan Asa Sedesa serta Dinas Lingkungan Hidup di level Kabupaten.
Asa Banyumas merupakan organisasi masyarakat yang concern dengan aspek-aspek sosial ekonomi budaya dan lingkungan hidup Kabupaten Banyumas. Organisasi ini didirikan oleh Heru Priyanto ST, MBA, dan diketuai oleh Yohan Handriyanto ST. Asa Banyumas memiliki bidang-bidang kepakaran yang menangani isu-isu lingkungan hidup sekaligus ekonomi masyarakat banyumas.
Asa Sedesa merupakan komunitas yang berdiri pada tahun 2017, merupakan organisasi Alumni 1992 SMA Negeri 1 Purwokerto. Komunitas ini telah sangat dikenal di lingkungan masyarakat Purwokerto terutama dengan kegiatan-kegiatan sosial dan budaya yang beraneka ragam. Ketua Umum Asa Sedesa saat ini adalah Agusta Andry Utama ST.
Kepala Dinas Kabupaten Banyumas Bpk Widodo Sugiri ST menyambut baik program Penanaman 1000 Bambu tersebut. Pada saat yang sama beliau sedang mengupayakan penanaman bambu dengan bibit bambu unggul. Pada program ini, bibit yang ditanam merupakan bibit unggul hasil budidaya bibit bambu menggunakan biji bambu, bukan stek. Hal ini lebih menjamin perkembangan bambu yang lebih baik. Tujuan Bpk Widodo Sugiri ST adalah memagari lingkungan TPA BLE dengan bambu untuk mengurangi polusi bau tersebar ke masyarakat sekitarnya.
Bambu bukanlah sejenis pohon, tetapi termasuk dalam keluarga rumput-rumputan. Bambu merupakan tanaman dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Menurut catatan, bambu Madake (Phyllostachys reticulata) mampu tumbuh 121 cm dalam sehari. Bambu Moso (Phyllostachys edulis) tumbuh 119 cm dalam sehari. Sedangkan bambu duri (Bamboosa bambos) dapat tumbuh setinggi 91 cm dalam 24 jam. Bambu juga merupakan tanaman perintis yang mampu hidup dalam kondisi kekeringan. Nilai tambah lain dari bambu yang banyak dipahami adalah kemampuannya dalam menyimpan air dan menahan tanah dari longsor. Kemampuan ini menjadikan bambu sebagai sumber daya yang sangat berkelanjutan (sustainable).
Kemampuan bambu sebagai tanaman perintis telah terbukti di berbagai tempat. Salah satunya adalah di Hutan Bambu Kota Surabaya. Hutan bambu ini berdiri di atas bekas lahan tempat pembuangan akhir sampah (TPA) Kota Surabaya. Tidak tanggung-tanggung, hutan ini meliputi lahan yang cukup luas yaitu 8,5 hektar dan berhasil merevitalisasi lahan tersebut.
Dengan pengalaman tersebut, progam Penanaman 1000 Bambu ini pun bekerja sama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan menggunakan lokasi TPA BLE Kabupaten Banyumas sebagai salah satu lokasi penanaman. Sebagai rintisan, bibit bambu ditanam di sebagian area TPA seluas setengah hektar. Jika rintisan ini berhasil, luasan penanaman bambu akan ditambah kemudian.
Kemampuan bambu sebagai tanaman konservasi air juga sudah terbukti di Hutan Bambu Lumajang. Hutan bambu sudah ada di sana sejak dulu, tetapi pada jaman penjajahan Jepang hutan ini dibabat habis. Akibat dari penggundulan hutan ini adalah menghilangnya beberapa mata air di sekitar bekas hutan tersebut. Hanya setelah kemerdekaanlah masyarakat kembali menanam dan melebatkan hutan bambu tersebut sehingga mata air kembali hadir hingga sekarang.
Beberapa penelitian di dalam negeri maupun di luar negeri menunjukkan bahwa hutan bambu mampu meningkatkan permukaan air tanah. Dalam kasus di India permukaan air tanah bisa naik hingga 20 meter. Konservasi air pun sangat bagus. Menurut BRIN di di Kebun Raya Bali, Kabupaten Tabanan. Mereka menemukan fakta bahwa dari satu rumpun bambu betung usia lima tahun dengan jumlah 20 batang dan tinggi pohon rata-rata 15 meter serta diameter batang 10 sentimeter dapat mengkonservasi banyak air. Jumlahnya mencapai 39,22 meter kubik atau setara 391,22 ribu liter air per hektar.
Karena itulah Asa Banyumas memilih area kedua penanaman ini di Desa Ciberung Kecamatan Ajibarang yang mengalami kekeringan parah pada tahun 2023. Harapannya adalah masalah kekeringan di desa ini bisa tuntas secara permanen dalam lima tahun mendatang.
Ada sebuah pernyataan Bruce Lee yang saya suka selain quote di pembukaan artikel ini. Bruce Lee juga mengatakan :
“Hasil akhir seorang lelaki adalah tindakan, bukan pikiran. Sayangnya banyak yang berbicara secara intelektual tapi tidak pernah terealisasikan"
Mari kita aktualisasikan pengetahuan kita. Mari kita lestarikan alam.
“Knowing is not enough, we must apply” (Bruce Lee, 1940 – 1973)
Penulis : Kodrat, Indische Arty