VIDEO DOKUMENTASI WAYANG KULIT LAKON JAMUS KALIMASADA MURCA

Wayang adalah salah satu bentuk kekayaan warisan budaya asli bangsa Indonesia yang memiliki kandungan ajaran luhur, nilai-nilai moral, budi pekerti, dan berperan sangat strategis dalam pembentukan karakter dan jatidiri bangsa Indonesia.

Berikut ini adalah dokumentasi video rekaman pertunjukan wayang kulit semalam suntuk bersama Kyai Dalang Kharis Budiono dari Desa Kebanggan Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas.



Dan berikut di bawah ini adalah bagian 2 dari pertunjukan wayang kulit tersebut.



Arjuna Wiwaha yang dibuat Empu Kanwa pada abad ke-11 Masehi pada masa pemerintahan Raja Airlangga, bait 59 menyebutkan:

Hanonton ringgit manangis asekel muda hidepan, huwus wruh towin yan walulang inukir molah mangucap hatur ning wang tresneng wiyasa malaha tan wihikana ritatwan yan maya sahan-hananing bhawa siluman.

Arti dari tulisan berbahasa Jawa Kuno di atas, yaitu kira-kira adalah:

Menonton wayang kemudian orang menangis sedih hati, meskipun tahu hanya kulit yang diukir bergerak dan bicara. Yang melihat wayang itu diumpamakan orang yang memiliki nafsu duniawi, sehingga gelap hati, tidak mengetahui bahwa yang dikelirkan itu hanya bayangan seperti siluman sesungguhnya hanya kepalsuan saja.

Dr. G.A.J. Hazeu, dalam desertasinya yang berjudul Bijdrage tot de Kennis van het Javaansche Tooneel (1897 di Leiden, Belanda) berkeyakinan bahwa pertunjukan wayang berasal dari kesenian asli Jawa. Hal ini dapat dilihat dari istilah-istilah yang digunakan banyak menggunakan bahasa Jawa misalnya kelir, blencong, cempala, kepyak, wayang. Dan pada rumah adat Jawa ditemukan bagian-bagian ruangan yang meliputi emper, pendapa, omah mburi, gandhok senthong dan pringgitan. Dalam bahasa Jawa ringgit artinya wayang. Ini menunjukkan bagi orang Jawa sebuah rumah menjadi lengkap bila menyediakan tempat untuk pergelaran wayang. 

Dari blog Institut Seni Denpasar, disebutkan bahwa pada masa pemerintahan Kaizar Wu Ti, sekitar tahun 140 sebelum Masehi, ada pertunjukan bayang-bayang semacam wayang. Kemudian dikatakan bahwa pertunjukan ini menyebar ke India, baru kemudian dari India dibawa ke Indonesia. Untuk memperkuat hal ini, dalam majalah Koloniale Studien, seorang penulis mengemukakan adanya persamaan kata antara bahasa Cina Wa-yaah (Hokian), Wo-yong (Kanton), Woying (Mandarin), artinya pertunjukan bayang-bayang, yang sama dengan wayang dalam bahasa Jawa.

Pertunjukan wayang sesungguhnya melibatkan banyak seniman dari berbagai bidang yang antara lain meliputi dalang, niyaga (pengrawit, penabuh gamelan), waranggana (sinden, swarawati). Disamping itu juga tidak kalah pentingnya adalah peran seniman tatah sungging sebagai orang yang berkarya membuat wayang kulit.

Kerjasama yang baik dari seniman berbagai bidang itu menghasilkan pertunjukan wayang yang disajikan secara memikat kepada masyarakat.

Kita bisa melihat ada beberapa seni sekaligus dalam pertunjukan wayang, yaitu meliputi seni suara, seni musik, seni tutur, seni sastra, seni lukis, seni pahat, seni peran, dll. 


Lebih baru Lebih lama